BSIP Jambi Studi Banding Olahan Limbah Ternak Kompos /Pupuk Organik
JAMBI - BSIP Jambi melaksanakan studi banding ke dua tempat yaitu usaha pupuk organik kompos di Kota Jambi dan usaha pupuk organik Fertilizer Ibru Kabupaten Muaro Jambi (28/8). Kegiatan studi banding di Kota Jambi tepatnya di Kecamatan Talang Bakung, bertemu dengan pemilik usaha yaitu Toha Asrori Ketua Kelompok Tani Teratai.
Kegiatan proses produksi sebagian besar dilakukan secara manual. Bahan organik yang digunakan limbah sapi dan serbuk gergaji dengan perbandingan 50:20, bahan dekomposer Trichoderma sp, dengan rata-rata produksi 10 ton/bulan. Produk pupuk tersebut telah dianalisis di laboratorium IPB Bogor, memiliki kandungan C organik 20%, pH 8.5, namun kandungan N, P dan K masih dibawah 5%.
Selain melihat proses produksi juga dilakukan diskusi berkaitan dengan kualitas produk, perizinan usaha dan pemasaran. Produk pupuk yang dihasilkan sudah memiliki izin usaha IMB dan dari Kemenkumham.
Selanjutnya studi banding dilakukan ke usaha pupuk organik fertilizer CV. Mutiara Kasih Ibru di Desa Ibru, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi. Usaha merupakan saham yang dimiliki oleh beberapa Petani. Kondisi tempat produksi masih semi permanen.
Menurut salah satu petani pemilik saham yaitu Anggoro Kasih, SP., proses produksi sebagian besar sudah menggunakan alat mesin. Bahan organik yang digunakan limbah kotoran ayam, limbah sawit (silikon) dan abu bakar dengan perbandingan 50:30:20, bahan dekomposer bakteri dari MOL, produk yang dihasilkan bekerjasama dengan Unja.
Produk pupuk yang dihasilkan telah dilakukan analisis di laboratorium IPB Bogor dan laboratorium tanah BSIP Jambi dengan kandungan unsur hara makro dan mikro cukup tinggi. Produksi per bulan rata-rata 300 ton, dengan harga per kg Rp.3.100, memiliki pangsa pasar yang cukup luas.
Berdasarkan hasil studi banding, ada bebera poin yang bisa diambil untuk diterapkan atau dipadukan di IP2SIP yaitu:
1. Menghasilkan produk secara berkesinambungan;
2. Perlu dicoba dekomposer jenis lain yang lebih efektif dan efesien;
3. Perlu dilakukan pemeliharaan/pengecekan alat mesin secara berkala, untuk menjaga mesin tetap sehat, sehingga proses ptoduksi berjalan lancar;
4. Perlu dilakukan penghitungan biaya produksi secara proposional, sehingga bisa menentukan harga jual yang sesuai;
5. Pupuk organik yg dihasilkan di IP2SIP perlu dilakukan analisis Laboraturium secara berkala;
6. Perlu membuat kemasan produk pupuk organik yang menarik. (JS)